0, sorot matanya mulai meredup mendengar perkataan Hasna barusan, seperti apa yang tiba-tiba menusuk batinnya.
“ Kau lupa.. “
Hasna berkata lagi, tatapan yang tadi menunduk mulai menatap tajam wajah pria
di depannya.
Danar masih
terdiam, dia mengalihkan pandangan . Danar sadar Hasna melihatnya dengan
sorotan yang tajam.
“ Yang kau lupa,
bahwa kau terus memperbaiki diri , menunggu kepastian tersebut. Yang kau lupa,
bahwa aku tumbuh semakin cantik dan dewasa, yang kau lupa bahwa aku mencintaimu
selama ini “ Hasna berkata tegas, mata nya mulai memerah. Perasaanya
benar-benar berkecamuk.
“ KAU LUPA, BAHWA
KAU MEMBERIKU HARAPAN LEBIH. PERASAANKU , SEMAKIN AKU INJAK TUNASNYA TUMBUH
SEMAKIN HEBAT, DAN AKU BERKAL-KALI MEMANGKAS HARAPAN ITU, SEMAKIN AKU PANGKAS
DAUNNYA TUMBUH LEBAT TAMPA AMPUN !!!!”
Hasna berteriak dengan parau.
Danar
tersentak sedemikian hebat, hatinya bergetar . Mata nya mulai ikut memanas,
wanita di depannya berteriak melawan suara hujan di luar sana.
Hujan ikut
meramikan perseteruan hebat malam itu, suasana semakin memanas dan hati Hasna
semakin dingin.
Danar menggigit
bibir, gamang berkata apa lagi. Dia sempurna menyalahkan sikapnya selama
bertahun-tahun.
Hasna
menatap Danar dengan tatapan kosong, mengumpulkan kekuatan untuk berkata lebih
jauh lagi.
“ Kau tahu,
setiap malam aku menikam perasaanku, berkali-kali aku berusaha menjaga
perasaanku , berkali-kali aku menyakinkan diriku untuk tidak berharap padamu. “
Hasna mulai melembutkan suaranya, menghela nafas panjang dan berkata
“ Sempurna ,
semua nya berjalan menyakitkan selama 6 tahun, semua perasaanku yang tersimpan
rapi, akan berakhir malam ini “
Hasna meneteskan
dua bulir air mata, percuma dia tahan seperti apa. Air mata itu tetap terjatuh.
Danar memundukan kepala nya, dia merasakan sakit yang tiba-tiba menjalar di
sudut hatinya.
“ Wanita yang
silih berganti datang dikehidupanmu, memberikan dirimu sebuah kepuasaan. Bahwa
kau fikir kau bisa menaklukan segalanya ? Kau mungkin benar, mereka semua luluh
padamu. Tapi mereka tidak pernah menaruh harapan padamu. “
“TIDAK PERNAH
MENARUH HARAPAN PADAMU “ Hasna berkata degan lantang.
Danar
masih mematung, semua memory nya bekerja keras menerjemahkan apa yang terjadi
selama ini Hatinya ikut menangis.
Hujan di luar sana, masih turun dengan deras.
Hasna terdiam mematung lama sekali, Danar pun juga begitu.
“ 6 novel yang
aku terbitkan, apa kau tidak berfikir novel-novel itu selalu terbit setiap kali
kau ulang tahun “ Hasna berkata dan tersenyum sinis.
“ kau tidak
pernah membacanya , Tidak pernah !!! “
Danar benar-benar
sempurna tertusuk pedang Es, selama ini dia memang belum pernah membaca
novel-novel yang Hasna terbitkan. Dan dirinya baru sadar novel itu selalu
terbit menjelang hari ulang tahunya, novel-novel itu merupakan hadiah setiap
hari ulang tahunnya.
Tubuh
Danar mendadak kaku, lidahnya kelu tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia
sempurna merasa bersalah.
Hasna jatuh
bersimpuh, menangis terisak, menangis sejadi-jadinya. Malam itu, semua
kesabarannya selama 6 tahun retak dan hancur dalam satu tepukan tangan.
“ Maaf, maaf,
maaf, maaf, maaf.maaf maaf untuk semuanya ‘’ Danar mulai bersuara, suaranya
melemah, kemudian ikut bersimpuh di hadapan Hasna yang telah menangis lebih
dulu. Hasna menatap wajah pria di depan nya. Hatinya tidak tergamambarkan lagi
bagaimana perasaanya, lelah yang sudah menjalar di hatinya.
“ Aku akan pergi
jauh dari kehidupanmu, jauh meninggalkan 6 tahun yang sia-sia dengan
bayang-bayangmu. Untuk 6 tahun yang tak pernah engkau hargai, untuk semua
pengorbanan diriku yang tak pernah engkau sadari, biarlah aku dekap perasaanku
ini, biarlah Allah yang akan membolak-balikan hatiku “ Hasna menghapus air
matanya, lalu bangkit dan memasuki mobil, meninggalkan Danar yang masih
termenung di sana.
Hasna mengendarai
mobilnya dengan kecepatan penuh, menerobos hujan yang turun lebat malam itu,
air matanya terus tumpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar