Halaman

Rabu, 03 Juli 2013

Paragraf Pembuka (from kelas menulis Tasaro GK)

Paragraf Pembuka (from kelas menulis Tasaro GK)

 

Pekerjaan mengasyikkan ketika Anda membaca novel adalah memerhatikan bagaimana para penulis mengawali cerita. Sama dengan penulisan jurnalistik yang mengenal adanya Angle (sudut pandang) dalam memulai tulisan, novel pun membutuhkan pilihan permulaan yang jitu agar  minat pembaca untuk terus membaca tulisan Anda. Tanpa melakukan pengelasan penulis atau karya, berikut saya cuplik beberapa contoh paragraf pembuka dan kategorisasinya.
1.       Ringkasan 
Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan pokok isi tulisan secara garis besar.
Contoh:
Open mula-mula jadi guru sekolah rakyat, setelah itu jadi mualim, lantas jadi pengarang, kemudian jadi tukang jahit. Tentang perawakannya, tidak banyak yang dapat diceritakan. Ia punya dua kaki, dua tangan, dua telinga, dua mata, dan satu hidung. Bahwa lubang hidungnya ada dua, itu sudah sewajarnya. Open seperti manusia biasa, lain tidak.
Akan tetapi, namanya memang mempunyai riwayat. Itu tidak dapat disangkal. Beribu-ribu nama lain ada, Abdullah dan Effendi, Al’aut dan binuwak-enak kedengaran dan sedap dilihat jika tertulis.Orang-orang yang kritis sudah pasti tidak akan merasa puas, jika tidak diterangkan mengapa Open bernama Open.  (Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma: Idrus)
2.       Pernyataan yang menonjol 
Terkadang disebut juga sebagai “pendahuluan kejutan”, diikuti kalimat kekaguman untuk membuat pembaca terpesona.
Contoh:
Aku terlahir dua kali: pertama, sebagai seorang bayi perempuan, pada hari tanpa kabut di Detroit, Januari  1960; lalu sekali lagi, sebagai seorang remaja laki-laki, di sebuah ruang gawat darurat di dekat Peroskey, Michigan, pada Agustus 1974. (Middlesex: Jeffrey Eugenides)
3.       Pelukisan/ diskriptif 
Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian, atau hal untuk menggugah pembaca karena mengajak mereka membayangkan bersama penulis apa-apa yang hendak disajikan dalam artikel itu nantinya.
Contoh:
Tempat bermain tennis, yang dilindungi oleh pohon-pohon ketapang di sekitarnya, masih sunyi. Cahaya matahari yang diteduhkan oleh daun-daun di tempat bermain itu, masih keras, karena dewasa itu baru pukul tengah lima petang hari. Setiap petang berkumpullah beberapa orang penduduk Solok yang “ternama” ke tempat itu buat bermain tenis. Tua-muda, gadis dan nyonya, bangsa Barat dan bangsa Timur sekaliannya bercampurgaullah di sana,buat memuaskan hati, melakukan permainan sport yang main digemari orang disegenap negeri. (Salah Asuhan: Abdoel Moeis)
4.       Pertanyaan /dialog
Pendahuluan ini merangsang keingintahuan sehingga dianggap sebagai pendahuluan yang bagus.
Contoh:
“Kakak,” kata Sitti Maliah dengan takzim kepada seorang perempuan tua yang gelisah berbaring di atas tempat tidurnya, minumlah obat ini! Mudah-mudahan…”
Belum habis lagi perkataan Sitti Maliah itu, perempuan tua itu sudah berkata dengan retaknya, “Ah, pergi dari sini, Liah! Ayuh, keluar! Tak akan memberi faedah obatmu itu kepadaku.”
“Kalau tidak Kakak minum, tentu saja takkan memberi faedah rebusan ini,” jawab Sitti Maliah dengan sabar, sambil duduk bersimbuh di sisi kanan Ibu Mariati, yang dipanggilkannya kakak itu. Di atas talam kuningan, yang dipegangnya, terletak sebuah mangkuk. Dan didalam mangkuk itu ada rebusan daun jeruk tujuh macam, yang masih suam-suam kuku, sedang uapnya naik ke udara dengan selesai.  (Salah Pilih: Nur St. Iskandar)
5.       Kutipan orang lain 
Pendahuluan berupa kutipan seseorang dapat langsung menyentuh rasa pembaca,sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang akan dikemukakan dalam novel.
Contoh:
Seorang teman adalah hadiah yang kita berikan kepada diri sendiri.
-Robert Louis Stevenson
Lepas isya, dingin membonceng kabut yang membekukan keinginan siapapun untuk ke luar rumah. Jalan-jalan di perkampungan Embun, kawasan Puncak, lengang. Warga lebih bersemangat merapatkanselimut atau menghangatkan tubuh dengan secangkir kopi panas.
‘’Ini menjawab semua pertanyaanku tentang kamu, Man.”
‘’Saya? Apanya, Mas?’’
Maru merapatkan kain sarungnya.
‘’Tumpukan buku di meja kamu, jaket almameter, foto-foto itu.’’
Eman tersenyum sambil menoleh ke foto berpigura yang dipajang di dinding kamarnya. Foto ramai-ramai dia dan kawan-kawan kuliahnya.
‘’Mas Maru terlalu berlebihan.’’
‘’Nggak. Ini bagus. Aku salut sama kamu.’’
Sabtu malam, Maru ingin melepas segala kepenatan akalnya. Ingin menguapkan segala kejenuhan akibat rutinitas yang nyaris meledakkan otak. Bahkan, dunia kewartawanan yang begitu dinamis pun bisa menimbulkan keajegan yang membikin bosan. (Tasaro GK: Kau Gila Maka Kucinta)
6.        Amanat langsung
Pendahuluan berbentuk amanat langsung kepada pembaca sudah tentu akan lebih akrab karena seolah-olah tertuju kepada perorangan.
Contoh:
Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku.  Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. (RobohnyaSurau Kami: A.A. Navis)
7.     Opini
Paragraf pembuka ini sangat subjektif. Bergantung cara penulis ingin menggiring sudut pandang pembaca:
Contoh:
Tidak ada alasan untuk meninggalkan Amsterdam pada musim panas. Inilah masa terbaik untuk bersepeda di sekitar Leidseplein dan Dam Square sambil menikmati sinar matahari yang merupakan surga tahunan bagi warga kota. (Perahu Kertas: Dewi lestari) 
Betapapun orang-orang itu—yang berhimpun di suatu tempat tak luas dalam jumlah ratusan ribu—coba merusak tanah tempat mereka berjejal-jejal, betapapun mreka menumbuk tanah itu dengan batu-batu agar tidak ada yang bisa tumbuh di atasnya, betapa pun mereka menyiangi reumputan yang tumbuh di situ,betapapun mereka mengasapinya dengan batubara dan minyak, musim semi tetaplah musim semi, sekalipun itu di kota. (Kebangkitan: Leo Tolstoi)
8.       Pemberitahuan/informasi
Paragraf pembuka langsung menukik pada informasi yang oleh penulis ingin dipahami oleh pembaca terlebih dulu. Langsung ke pokok persoalan.
Contoh:
Barry Fairbrother tak ingin keluar untuk makan malam. Sepanjang akhir pekan ini, kepalanya terasa sakit berdentam-dentam dan sekarang dia harus segera memenuhi tenggat menyelesaikan sebuah artikel untuk koran lokal. (The Casual Vacancy: J.K. Rowling)
9.       Adegan
Penggambaran suatu interaksi atau tingkah laku makhluk hidup yang mengawali sebuah bangunan cerita.
Contoh:
Air di gentong sudah terlalu jauh untuk dicapai lengannya. Dasih berjingkat. Ujung jari-jari kaki tergaris rapi di atas lempengan batu besar yang menjadi pinggiran tempat mencuci. Seluruh berat badan dipasrahkan ke bulatan tempatan. Lalu kepala dan bahu menghilang ke dalam tempat air itu. (Tirai Menurun: NH Dini)
Di Lapangan Seribu Angin, para pemain yang berselimut embun beku terlihat seperti boneka salju. Asap putih terhembus dari mulut dan hidup mereka, dan tetesan air yang membeku di sepanjang bagian bawah topi bulu mereka yang menurun tajam ke bawah. (Gadis Pemain Go: Shan Sa)
Kira-kira pukul satu siang, kelihatan dua orang anak muda, bernaung di bawah pohon ketapang yang rindang, di muka sekolah Belanda Pasar Ambacang di Padang, seolah-olah mereka hendak memperlindungkan dirinya dari panas yang memancar dari atas dan timbul dari tanah, bagaikan uap air yang mendidih. Seorang dari anak muda ini, ialah anak laki-laki, yang umurnya kira-kira 18 tahun. Pakaiannya baju jas tutup putih dan celana pendek hitam, yang berkancing di ujungnya. Sepatunya sepatu hitam tinggi, yang disambung ke atas dengan kaus sutra hitam pula dan diikatkan dengan ikatan kaus getah pada betisnya. (Siti Nurbaya: Marah Rusli)
Tulisan diatas saya salin dari kelas menulis Sabtu malam di page Tasaro Juru Dongeng. Diskusi tentang ini juga ada di page yang sama. Sila bergabung untuk mengikuti pembahasan lengkapnya.

Tidak ada komentar: