Menjelang Ramadhan,,
merangkak mendekati sayap-sayap ku seperti patah, Aku ingin menangis pada Ramadhan, aku ingin meminta maaf bahwa tahun ini tidak menyambutnya dengan baik. Aku cacat dalam menghadapi bulan suci ini, sore ini nafasku tertahan di langit yang sedang menjemput senja. Terasa sesak.
Aku sedang nelangsa, tapi tubuhku menyimpan rahasia yang membuat aku mengeluarkan bulir-bulir bening, yang tidak aku tahu persis apa penyebabnya. Dan aku sedang merasa amat sedih, aku juga lelah untuk beberapa hal.
Aku ingin memebersihkan kekotoran hati dan sifatku dalam beberapa jejak, aku ini sedang dalam luka cacat yang parah....
aku ingin berkali-kali dipeluk Rabb-ku, aku ingin tertidur di belai Rabb-ku...
aku ingin pulang.... aku ingin pergi... aku rindu suara ombak yang mengajarkan batinku untuk banyak bertasbih..
Ramadhan, peluklah aku yang nestapa ini,
merangkak mendekati sayap-sayap ku seperti patah, Aku ingin menangis pada Ramadhan, aku ingin meminta maaf bahwa tahun ini tidak menyambutnya dengan baik. Aku cacat dalam menghadapi bulan suci ini, sore ini nafasku tertahan di langit yang sedang menjemput senja. Terasa sesak.
Aku sedang nelangsa, tapi tubuhku menyimpan rahasia yang membuat aku mengeluarkan bulir-bulir bening, yang tidak aku tahu persis apa penyebabnya. Dan aku sedang merasa amat sedih, aku juga lelah untuk beberapa hal.
Aku ingin memebersihkan kekotoran hati dan sifatku dalam beberapa jejak, aku ini sedang dalam luka cacat yang parah....
aku ingin berkali-kali dipeluk Rabb-ku, aku ingin tertidur di belai Rabb-ku...
aku ingin pulang.... aku ingin pergi... aku rindu suara ombak yang mengajarkan batinku untuk banyak bertasbih..
Ramadhan, peluklah aku yang nestapa ini,
Ramadhan, aku hanya ingin meneguk cahaya
cintamu. Mencoba untuk tetap mencintaimu jauh lebih dalam dan sunyi. Aku
ingin mencintaimu dengan caraku sendiri. Membuktikan semua rasa cintaku
padamu dengan caraku bukan dengan cara mereka yang kadang lebih sering
bersilang sengketa menunjukkan siapa yang lebih benar dan lebih layak
mencintaimu sebagai bulan penuh cinta. Ah, Ramadhan aku tahu. Mungkin
engkau tidak sedang ambil pusing dengan semua itu. Siapapun berhak
menyatakan cintanya padamu tanpa kecuali. Karena bagimu, cinta adalah
sesuatu yang bisa dirasakan siapapun tanpa kecuali
.
Ramadhan, aku mungkin belum mampu menjadi
yang terbaik seperti pengharapanmu. Menahan haus dan lapar sedari
matahari belum terbit sampai matahari tenggelam di ujung barat. Namun,
aku tak ingin mencintaimu hanya dengan bershaum saja. Aku ingin
mencintaimu lebih dari itu. Tapi, maafkan aku Ramadhan, bila pada
waktunya aku mencintaimu hanya biasa-biasa saja. Tak seluar biasa mereka
yang setia menunggumu tiba, melakukan segala sesuatu untuk
membahagiakan kedatanganmu. Maafkan aku, bila pada waktunya tiba aku
hanya mampu mencintaimu dengan seperti ini.
Ramadhan, aku hanya ingin bersujud lebih
lama di tanahmu. Aku hanya ingin merapalkan segala doa
sekhusyu’-khusyu’nya bersamamu. Aku ingin kembali menjadi seperti
inginmu bukan ingin mereka. Aku ingin menjadi yang terbaik menurutmu
bukan menurut mereka. Aku ingin merasakan semua jalan indahmu, meneguk
setiap pahala yang kau sediakan. Dan aku hanya ingin pulang mengenangmu
sebagai kekasih tak berhingga dan tak tertolak di sepanjang aliran
usiaku. Aku hanya ingin menjadi biasa bukan luar biasa seperti
orang-orang di luar sana. Karena sungguh, aku hanya ingin mencintaimu
dengan sederhana. Dengan apa yang kupunya tanpa dilebih-lebihkan bahkan
dikurang-kurangkan.* (tulisan unggu ini milik seseorang )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar