Puisi: Penggalauan
Standard
Yang kuingat darimu adalah
Senyum yang sederhana
Tidak pernah berlebihan tapi mampu melunturkan segala aura buruk di ruang dada
Yang kuingat darimu adalah
Hujan saat senja memeluk
Tapi kau malah tersenyum gila
Yang kuingat darimu adalah
Isakan tangis di siang hari
Tapi kau malah tertawa bahagia di sore hari
Yang aku ingat darimu adalah
Mata warna warni
Tapi terkadang mengalir bulir bening di pipi
Yang aku ingat darimu adalah
Apa yang tidak aku baca
Dari mataku sendiri.
****
Betapa hujan pernah membawa dirimu kepadaku
Menjadikan kita akrab dalam satu cangkir kopi yang mengepul
Dan kamu yang berkisah tentang puluhan bintang di angkasa’
Sementara aku berkisah tentang mimpi-mimpi kita yang di anggap gila.
Betapa hujan pernah menceritakan kisahmu padaku
Tentang air mata yang tertahan di sudut ruang dadamu
Dan kamu tidak menggubris hal itu
Sementara hatimu ingin meledak tak kuasa menahan rahasia
Betapa hujan sudah bosan berkisah tentangku
Aku yang nyaris mati menahan rindu
Pada hujan yang menceritakan kisahmu
Atau pada bulir bening yang selalu kau anggap tidak jatuh
***
Apakah yang akan dilakukan seseorang
Kita tidak bisa mengapuskan satu nama dalam hidupnya
Seperti aku
Yang tidak bisa kau hapus
Apakah kau akan bersimpuh, memohon kepergianku ?
Atau kau justru diam berkepanjangan
Seperti orang hampa yang tidak tahu harus apa
Udara tak beku
Malam tak senyap
Kau panik menghubungiku
Dan percakapan bisu pada malam yang mendadak mati
Aku tida bisa menghapuskanmu
Ucapmu, sambil membakar fotoku.
yang kemudian kau tangisi dalam diam
dan kelammu..
Jakarta, hujan rintih-rintih di bulan November 2013