*Ransel Pertama
Dy (betapa suci dan hening )
Pada awalnya aku
sudah merasakan, betapa dia akan pergi
jauh, meninggalkan kebiasanya di sini, betapa dia akan pergi beberapa
waktu dalam waktu dekat ini. Aku semakin
sesak melihat tanggal , melihat bulan. Aku seperti menunggu masa-masa dimana
aku akan merasa kehilangan, kehilangan
sesuatu yang seharusnya aku lihat dan aku rasakan. Betapa aku sangat merasa
sedih, ketika dia mulai pamit untuk menyampakan kabar kepergiannya. Aku sangat
sedih, tapi tidak tahu bagaimana caranya berekspresi alhasil aku hanya
tersenyum simpul, menutupkan segala kegudahan yang tiba-tiba saja melanda.
Betapa aku menahan air mata yang entah kenapa tercipta setelah kau berkata
demikian, betapa aku mengalahkan perasaanku.
Aku merasa
kerinduan itu mulai merangkak mendekati diriku, aku seperti menunggu masa-masa
tersiksa dengan kerinduan yang nanti benar-benar akan menjelma, semua senyummu
, kacamatamu, suaramu. Aku jadi gamang sekali,
Aku berusaha
merindukanmu lewat senyum,
Tadi aku
menuliskan kegundahanku, melaporkannya ke Neptunus , aku membuat perahu kertas
dan aku hanyutkan ke aliran air, aku masih seperti dulu percaya bahwa Neptunus
akan membacanya, walaupun aku tahu apa yang sebenarnya terjadi pada perahu
kertas ku, Aku pasrah , aku pasrah seperti perahu kertasku selama ini. Betapa
kepergianmu adalah sesuatu kebaikan untuk dirimu,
Aku merasa kau
akan dekat sekali dengan laut, aku akan mengirimkan surat-suratku lewat perahu
kertas, barangkali kau akan membacanya.
Jauh di dalam hatimu yang terdalam........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar