Halaman

Minggu, 02 Juni 2013

# Ketidak mengertian yang terjawab




# Ketidakmengertian yang terjawab

Ini berat, bukan karena saya sedang mengangkat beban berat, tapi tulisan kali ini benar-benar berbeda, tulisan ini terasa lebih berat dari biasanya. Oke, Bismillah.

“ Kamu, kenapa sih ? aku perhatiin gak fokus banget !!” suara itu tiba-tiba memecah keheningan, aku menoleh ke arah sumber suara, ya siapa lagi selain teman semejaku bernama Intan, aku kemudian menatapnya lamat-lamat.
“ Iya, kamu tuh aneh tahu gak sih !! fikiran kamu tuh melayang-layang kemana-mana, kamu tuh ada di sini tapi fikiran kamu tuh gak di sini, !!! “ intan mulai berkata dengan tegas, aku menggerutkan dahi. Mencerna baik-baik perkataannya.
“ Les juga begitu, fikiran kamu tuh melayang kemana-mana, aku tuh meratiin tahu gak sih !! “ Intan mulai sewot, sementara aku masih diam.
Sesuatu seperti menamparku keras, kata-katanya barusan benar-benar membuat aku sadar akan beberapaa hal, yang pertama Sahabatku ini ternyata memang benar-benar yang disebut sahabat, dan yang ke dua memang ada yang lain dengan diriku.
            Aku menarik nafas, menatap Intan lamat-lamat, menahan sesak yang mulai berkumpul di dada, menahan semua perasaan yang tiba-tiba muncul, mataku mulai terasa memanas.
“ Udahlah, kamu gak usah mikirin itu orang !! “ Intan terus bersuara.
Aku terdiam, mengumpulkan semua kemampuan verbalku yang sepertinya mulai lenyap.
“ Ntan, how you ever , pernah gak ngerasa benci sebenci-bencinya sama diri sendiri ? “ Aku bertanya mantap, dengan intonasi yang mulai menekan. Intan menganggukan kepala.
“ Benci ngerjain tugas, muak sama banyak hal. Capek sama banyak hal, itu yang lagi aku rasain, Dan jujur gak ada sangkut pautnya sama dia (ikhwan ) “ Aku berkata kesal,
“yang jelas, aku emang lagi bermasalah sama diri aku sendiri, dan pulang nanti aku mau ke Guru aku “ Jawabku simple.
“ Aku pasti bantu kamu koq “ jawab Intan melembut.
            Sore itu, hujan menguyur kota, tapi perkataan Intan barusan benar-benar tamparan luar biasa untukku, aku merasa semakin bersalah pada orang-orang di sekitarku , dari awal aku selalu merasa semenjak aku masuk  MAN, memang ada yang salah pada diriku, sesuatu yang sepertinya harus di perbaiki. Aku menatap keluar jendela, berbisik sesuatu pada hujan di luar sana, mengumpulkan semua kesedihan yang aku tidak tahu apa obatnya, sore itu semua sudah lengkap dan berkumpul.
Bersiap mencari penjelasan, aku menerobos hujan dan pulang ke rumah.
            Setelah shalat asar, aku bersiap untuk melangkahkan kaki ke rumah seorang guru yang dulu mengajarku saat aku SMP, beliau  sudah aku anggap seperti kakak sendiri, aku biasa memanggilnya Bu Trini. Setelah melewati macet yang sangat menyiksa emosi, aku akhirnya sampai di rumah beliau, Bu Trini menyambutku dengan ramah, rupanya beliau baru banggun tidur, Aku menahan tawa.
            Pada awalnya, aku dan Bu Trini  hanya membahas mengenai Universitas Negeri Yogyakarta, disana Bu trini bercerita mengenai  jurusan sastra Indonesia yang ditempuhnya, mendengar cerita-cerita beliau, aku merasa mimpiku semakin dekat. Imajinasiku terbawa di bangunan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Alam bawah sadarku selalu berujar jurusan  sastra Indonesia. Setelah bercerita cukup panjang, aku memutuskan untuk melihat koleksi novel  Bu Trini, aku sudah jauh-jauh membayangkan pasti ada berbagai macam buku hebat memenuhi sudut lemarinya. Dan itu benar, mataku mengerjap-ngerjap tak percaya dengan buku-buku ini, semuanya menarik.  Sambil melihat-lihat buku, aku mulai membuka percakapanku. Apa maksud hatiku ke sini, selain karena novel-novel ini. Ada sesuatu yang sepertinya salah dengan perasaanku, atau apalah. Aku lelah, berasumsi sendiri, aku tahu Bu Trini adalah orang yang tepat untuk membahas masalah ini. Aku berusaha mengumpulkan kekuatan, dan mulai mengeluarkan cerita.

“ Bu, sebenarnya saya binggung, “ kataku mulai membuka percakapan, bu Trini terlihat mulai bersiap mendengarkan.
“ada yang salah dengan diri saya.... Ceritanya, begini tadi teman semeja saya namanya Intan, dia marah-marah sama saya, dia bilang saya tuh gak fokus, dia bilang saya tuh ada di sini tapi setiap belajar fikiran saya tuh Cuma 50% ada di tempat, sisanya melayang-layang. Pada intinya dia ngomong kaya gitu bu, saya binggung bu -_- saya gak tahu saya kenapa . “ aku menarik nafas, emosiku  keluar semua. Bu Trini tahu maksud pembicaraanku, dan mulai siap bercerita.

“ Ibu ngerti apa yang kamu rasakan, mungkin kamu kaget dengan suasana sekolah kamu dan kamu belum bisa beradaptasi sampai sekarang, “ ucapnya.

Aku terdiam .

“ Dulu, ibu juga merasa begitu, waktu ibu masuk  jurusan sastra, ibu benar-benar merasa terasing, merasa sendiri, sampai-sampai ibu mengambil cuti selama satu tahun, ibu merasa benar-benar tidak ingin meneruskan kuliah “

Aku terdiam memperhatikan , menatap wajah Bu Trini lamat-lamat.

“ Suatu saat, pasti kami ketemu sama jalan cita-cita kamu, hanya saja Allah sedang menguji kamu untuk saat ini, karena semua mimpi harus di perjuangkan “

Aku terhanyut dengan kata-katanya barusan, fikiranku mulai lebih tenang.

“ Kamu gak perlu memaksakan apapun, yang penting kamu menikmati saja setiap proses itu dan melakukan yang terbaik.  Dan bersyukur ada teman yang sebegitu perhatiannya sama kamu, yang bisa menampar kamu saat kamu salah. Itu namanya Sahabat. “

Aku tersenyum, ada cahaya yang menyelinap di ruang dada.

                                                                        ******

 Malam menjelma, perasaanku jauh lebih baik setelah pulang dari rumah bu Trini, aku menghela nafas panjang, memejamkan mata, membaca pelan-pelan mimpi-mimpiku yang terpajang di dinding kamar, mengimajinasikan setiap mimpi-mimpi itu dan berdoa, berharap ke tempat yang terbaik. Allah SWT...

Intan, terimakasih ya sudah mau berusaha jadi sahabat yang terbaik, maafin aku ya kalau aku sering marah-marah gak jelas. Aku janji, aku harus jadi diri aku sendiri, aku juga berdoa semoga kamu bisa jadi Dokter Kadungan seperti yang kamu cita-citakan , jangan lupa nanti Scovents termasuk aku, gratis ya ? kalau kita nanti punya anak . Hehehe, makasih ya sahabat, semoga Allah membalasnya yang lebih baik untukmu.
Bu Trini, terimakasih ya atas motivasi dan cerita-cerita masa muda Ibu yang spektakuler, doain ya bu, supaya saya bisa menemukan tempat untuk menjadi diri saya sendiri, dan mau menyusul  ibu menjadi guru juga. Dan terimakasih juga atas kosakata baru yaitu “ PRIMUS (PRIA MUSHOLA ) , hehehhe

Kataku dalam hati, sembil tersenyum sendiri, kemudian terlelap  tidur setelah melantunkan doa.








Tidak ada komentar: