#
Ketidakmengertian yang terjawab
Ini berat, bukan
karena saya sedang mengangkat beban berat, tapi tulisan kali ini benar-benar
berbeda, tulisan ini terasa lebih berat dari biasanya. Oke, Bismillah.
“ Kamu, kenapa
sih ? aku perhatiin gak fokus banget !!” suara itu tiba-tiba memecah
keheningan, aku menoleh ke arah sumber suara, ya siapa lagi selain teman
semejaku bernama Intan, aku kemudian menatapnya lamat-lamat.
“ Iya, kamu tuh
aneh tahu gak sih !! fikiran kamu tuh melayang-layang kemana-mana, kamu tuh ada
di sini tapi fikiran kamu tuh gak di sini, !!! “ intan mulai berkata dengan
tegas, aku menggerutkan dahi. Mencerna baik-baik perkataannya.
“ Les juga
begitu, fikiran kamu tuh melayang kemana-mana, aku tuh meratiin tahu gak sih !!
“ Intan mulai sewot, sementara aku masih diam.
Sesuatu seperti
menamparku keras, kata-katanya barusan benar-benar membuat aku sadar akan
beberapaa hal, yang pertama Sahabatku ini ternyata memang benar-benar yang
disebut sahabat, dan yang ke dua memang ada yang lain dengan diriku.
Aku menarik nafas, menatap Intan
lamat-lamat, menahan sesak yang mulai berkumpul di dada, menahan semua perasaan
yang tiba-tiba muncul, mataku mulai terasa memanas.
“ Udahlah, kamu
gak usah mikirin itu orang !! “ Intan terus bersuara.
Aku terdiam, mengumpulkan
semua kemampuan verbalku yang sepertinya mulai lenyap.
“ Ntan, how you
ever , pernah gak ngerasa benci sebenci-bencinya sama diri sendiri ? “ Aku
bertanya mantap, dengan intonasi yang mulai menekan. Intan menganggukan kepala.
“ Benci ngerjain
tugas, muak sama banyak hal. Capek sama banyak hal, itu yang lagi aku rasain,
Dan jujur gak ada sangkut pautnya sama dia (ikhwan ) “ Aku berkata kesal,
“yang jelas, aku
emang lagi bermasalah sama diri aku sendiri, dan pulang nanti aku mau ke Guru
aku “ Jawabku simple.
“ Aku pasti bantu
kamu koq “ jawab Intan melembut.
Sore itu, hujan menguyur kota, tapi
perkataan Intan barusan benar-benar tamparan luar biasa untukku, aku merasa
semakin bersalah pada orang-orang di sekitarku , dari awal aku selalu merasa
semenjak aku masuk MAN, memang ada yang
salah pada diriku, sesuatu yang sepertinya harus di perbaiki. Aku menatap
keluar jendela, berbisik sesuatu pada hujan di luar sana, mengumpulkan semua
kesedihan yang aku tidak tahu apa obatnya, sore itu semua sudah lengkap dan
berkumpul.
Bersiap mencari
penjelasan, aku menerobos hujan dan pulang ke rumah.
Setelah shalat asar, aku bersiap
untuk melangkahkan kaki ke rumah seorang guru yang dulu mengajarku saat aku
SMP, beliau sudah aku anggap seperti
kakak sendiri, aku biasa memanggilnya Bu Trini. Setelah melewati macet yang
sangat menyiksa emosi, aku akhirnya sampai di rumah beliau, Bu Trini
menyambutku dengan ramah, rupanya beliau baru banggun tidur, Aku menahan tawa.
Pada awalnya, aku dan Bu Trini hanya membahas mengenai Universitas Negeri
Yogyakarta, disana Bu trini bercerita mengenai
jurusan sastra Indonesia yang ditempuhnya, mendengar cerita-cerita
beliau, aku merasa mimpiku semakin dekat. Imajinasiku terbawa di bangunan
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Alam bawah sadarku selalu berujar
jurusan sastra Indonesia. Setelah
bercerita cukup panjang, aku memutuskan untuk melihat koleksi novel Bu Trini, aku sudah jauh-jauh membayangkan
pasti ada berbagai macam buku hebat memenuhi sudut lemarinya. Dan itu benar,
mataku mengerjap-ngerjap tak percaya dengan buku-buku ini, semuanya menarik. Sambil melihat-lihat buku, aku mulai membuka
percakapanku. Apa maksud hatiku ke sini, selain karena novel-novel ini. Ada
sesuatu yang sepertinya salah dengan perasaanku, atau apalah. Aku lelah,
berasumsi sendiri, aku tahu Bu Trini adalah orang yang tepat untuk membahas
masalah ini. Aku berusaha mengumpulkan kekuatan, dan mulai mengeluarkan cerita.
“ Bu, sebenarnya
saya binggung, “ kataku mulai membuka percakapan, bu Trini terlihat mulai
bersiap mendengarkan.
“ada yang salah
dengan diri saya.... Ceritanya, begini tadi teman semeja saya namanya Intan,
dia marah-marah sama saya, dia bilang saya tuh gak fokus, dia bilang saya tuh
ada di sini tapi setiap belajar fikiran saya tuh Cuma 50% ada di tempat,
sisanya melayang-layang. Pada intinya dia ngomong kaya gitu bu, saya binggung
bu -_- saya gak tahu saya kenapa . “ aku menarik nafas, emosiku keluar semua. Bu Trini tahu maksud
pembicaraanku, dan mulai siap bercerita.
“ Ibu ngerti apa
yang kamu rasakan, mungkin kamu kaget dengan suasana sekolah kamu dan kamu
belum bisa beradaptasi sampai sekarang, “ ucapnya.
Aku terdiam .
“ Dulu, ibu juga
merasa begitu, waktu ibu masuk jurusan
sastra, ibu benar-benar merasa terasing, merasa sendiri, sampai-sampai ibu
mengambil cuti selama satu tahun, ibu merasa benar-benar tidak ingin meneruskan
kuliah “
Aku terdiam
memperhatikan , menatap wajah Bu Trini lamat-lamat.
“ Suatu saat,
pasti kami ketemu sama jalan cita-cita kamu, hanya saja Allah sedang menguji
kamu untuk saat ini, karena semua mimpi harus di perjuangkan “
Aku terhanyut
dengan kata-katanya barusan, fikiranku mulai lebih tenang.
“ Kamu gak perlu
memaksakan apapun, yang penting kamu menikmati saja setiap proses itu dan
melakukan yang terbaik. Dan bersyukur
ada teman yang sebegitu perhatiannya sama kamu, yang bisa menampar kamu saat
kamu salah. Itu namanya Sahabat. “
Aku tersenyum,
ada cahaya yang menyelinap di ruang dada.
******
Malam menjelma, perasaanku jauh lebih baik
setelah pulang dari rumah bu Trini, aku menghela nafas panjang, memejamkan
mata, membaca pelan-pelan mimpi-mimpiku yang terpajang di dinding kamar,
mengimajinasikan setiap mimpi-mimpi itu dan berdoa, berharap ke tempat yang
terbaik. Allah SWT...
Intan, terimakasih ya sudah mau berusaha jadi sahabat yang terbaik,
maafin aku ya kalau aku sering marah-marah gak jelas. Aku janji, aku harus jadi
diri aku sendiri, aku juga berdoa semoga kamu bisa jadi Dokter Kadungan seperti
yang kamu cita-citakan , jangan lupa nanti Scovents termasuk aku, gratis ya ?
kalau kita nanti punya anak . Hehehe, makasih ya sahabat, semoga Allah
membalasnya yang lebih baik untukmu.
Bu Trini, terimakasih ya atas motivasi dan cerita-cerita masa muda
Ibu yang spektakuler, doain ya bu, supaya saya bisa menemukan tempat untuk
menjadi diri saya sendiri, dan mau menyusul
ibu menjadi guru juga. Dan terimakasih juga atas kosakata baru yaitu “
PRIMUS (PRIA MUSHOLA ) , hehehhe
Kataku dalam
hati, sembil tersenyum sendiri, kemudian terlelap tidur setelah melantunkan doa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar