Halaman

Sabtu, 02 Maret 2013

*Badar

Hari ini, pembagian kelompok untuk pelatikan. Aku menurut saja menulis nama-nama kelompok yang di beritahu oleh kakak senior Rohis, dan yang membuat aku tersentak sedemikian hebat adalah aku sekelompok dengan  Badar, Eh, kalian tahu bukan siapa Badar itu ?
                                                               **********

 

Selamat pagi, bagiku waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi ; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan


Tere Liye, novel Sunset Bersama Rosie


   Waktu menunjukan pulul 06. 00 WIB, aku tetap sabar menunggu kelompokku yang belum datang.
Tapi kakak senior mulai menatap kami, memperhatikan kami satu persatu. Ada yang bertanya galak, kenapa banyak yang tidak tepat waktu, padahal sudah ketentuan untuk tiba pukul 06.00 WIB. 
Aku hanya mentapa takjim langit pagi, menatap cemas bagaimana pelantikan kali ini ? Banyak berharap, semoga penyakitku tidak kambuh.
Dari kejauhan, aku melihat  Badar berjalan terburu-buru lalu masuk ke dalam barisan kelompok " Siti Khadijah " itu nama kelompok kami.  Badar tersenyum tipis lalu bilang
 " Gak bawa telur nih !"  dia berbicara kepadaku. 
" Yah, koq bisa ? terus gimana ? Yaudah gak papa deh  ! " aku menjawabnya dengan santai.
Badar hanya terlihat sedikit gelisah, lalu dia memutuskan diam dan mulai menulis motto di name tag nya. Aku tidak terlalu mengerti dia menulis motto nya dalam bahasa Arab. Aku sebenarnya ingin bertanya apa artinya ? tapi ah, sudahlah.
   Waktu semakin berlalu, teman-teman kami semakin lama di tunggu, kakak senior mulai terlihat kesal.
Aku hanya diam, menunggu. Saat iniBadar berdiri di hadapanku, persis di depanku, jarak kami hanya dua langkah kaki. Aku mendengarBadar seperti melantunkan sesuatu, jangan - jangan dia bernyanyi ? Aku salah tebak rupannya, ternyata dia sedang men taqrir hafalan Al Quran nya. Subhanallah.
Aku mendengar nya dengan takjim, meperhatikan dia membaca surat apa. Aku tentu tidak tahu.
 Teman-temanku akhirnya datang, tentu tidak terlewatkan proses dimarahi. Kalian tahu bukan ? saat senioritas sedang berlaku maka cara terbaik adalah diam dan mendengarkan tapi jangan coba-coba di masukan ke dalah hati.
  Kami mulai memasuki kendaraan, jangan bayangkan sebuah mobil mewah atau bus pariwisata. Kami akan menumpangi Truk besar, Anak perempuan angkatanku ada yang mendegus kesal, sebagian lagi seperti aku membuat lawakan. Entahlah, aku suka sekali melawak.
Truk mulai berjalan membawa angkatan kami ke MAN 6 Kampus B, Cibubur. di perjalanan Jakarta terlihat cukup indah di pagi hari, hempasan angin menerpa jilbab panjangku, menerpa wajah kami. Membuat mata kami sedikit sipit. Kami semua tersenyum takjim, memulai perjalanan.
   Aku melirikBadar yang bersandar dan menikmati perjalanan, entahlah.. menatap wajahnya selalu menyenangkan.
                                                                      ******
Rombongan kami sampai, kami memulai apel upacara, sesekali aku melirik barisan ikhwan yang memang terpisah dengan akhwat, melirikBadarl. Ah, kenapa pula aku harus mengawasinnya ? 
setelah apel pembukaan, rangkaian acara dimulai. Di bagian ini sangat membosankan untuk di ceritakan, tapi ada bagian yang sangat membuatku semakin kagum. 
Saat itu ada materi tentang kepemimpinan, ada ayat Al Quran yang sedang di bahas dan pertanyaan yang paling keren adalah pertanyaanBadar, dia langsung membacakan ayat yang di maksud. Tentu saja, dia hafiz bukan ?. Para ukhti lagsung menoleh secara serempak, mendengarkan takjim pertanyaan berbobot ka Badar, sebagian lain berbisik " Eh, siapa sih itu ? pinter banget ? ".
 Aku melirik Intan sahabatku yang persis berada di sampingku, dia tersenyum cantik. Tentu saja, dia juga mengagumi Badar, tapi sepertinya dia lebih menyukai  kembarannya.

                                                                   ********
             Makan siang tiba, aku berani yakin akan memakai waktu yang menurutku sangat aneh, aku tau tujuannya adalah kedisiplinan. Tapi, yang membuat aku tak habis pikir adalah, bagaimana bisa seseorang menghabiskan nasi beserta lauk pauknya selama kurang dari 8 Menit ? Bukankah, makan terburu-buru amat tidak baik. Hei, mereka tidak mempedulikan aku ? aku mempunyai maag kronis yang tidak bisa dipaksa makan secepat kilat. Tapi bukan berarti aku manja, bukan. Lalu, bukankah makan dengan terburu-buru akan membuar lambung bekerja lebih berat karena kita tidak mengunyahnya secara maksimal. Menggundang penyakit bukan ?.
Jujur, menurut saya rasional kurang di fikirkan di bagian makan, bagaimana bisa lebih banyak marah-nya dari pada mengunyah makanannya. Lebih banyak dimarahi, hal hasil tepat dugaanku. Kambuh sakitku kambuh.
Syukurnya, aku membawa obat. Banyak sekali ada 9 Jenis obat dengan berakenaragam khasiat dan efek samping. Ya rabb-ku tabahkan hatiku, tangguhkan jiwaku.... aamiin
                                                                 *********
           Malam datang menjemput, cahaya Rembulan terlihat begitu indah di langit malam yang tampak bersih, Bintang- gemintang mulai menemani, membuat siapapun tersenyum memandangnya.
Aku menatap takjim langit-langit. Tidak terlalu mempedulikan senior yang sedang memarahi kami, lebih tepatnya bukannya aku tidak mendengarkan celotehan mereka. Hanya saja, aku lebih memilih diam dan sejenak kembali mengulang ribuan rasa syukur atas langit indah malam ini. Hei, aku jadi teringat akan novel bang Tere Liye yang judulnya " Rembulan Tenggelam di Wajahmu " Ray tokoh utama dalam novel itu sangat menyukai Rembulan. Badar sepertinya juga suka novel ini. Lalu, kenapa otakku di penuhi Badar yang sekarang persis ada di barisan kelompokku. Terkadang, aku berfikir mungkin aku sudah gila ? 
 Acara yang dinanti akhirnya tiba, yaitu api unggun . Aku kira api nya akan besar eh ternyata hanya sederhana saja. Ekskul Paskibra sudah duduk rapi membentuk lingkaran, seketika itu aku ingat puisi yang sudah aku salin dan akan di tampilkan ada di tas.Aku izin kemudian bergegas mengambilnya.
Di acara api unggun ini setiap ekskul wajib menampilkan sesuatu entah bernyanyi atau apa, seangkan ekskul Rohis akan menampilkan Musikalisasi Drama dan akan ada pembacaan puisinya. Aku yang membaca puisinya. Astagfirullah, puisi nya tidak aku temukan di tasku. Tampa berfikir panjang aku merobek kertas dan mengambil puplen. Memutuskan membuatnya sendiri. Aku berusaha keras dalam waktu 6 Menit puisi itu selesai. Alhamdulilah, aku menyelsaikannya dengan baik. 
     Tibalah aku dan teman-teman Rohisku tampil, kami menampilkan drama tentang seorrang nak yang durhaka pada ibunnya, kemudian si anak menyesal telah menyakiti ibunnya. Ibu si anak ini jatuh sakit. Tibalah sebagian dari kami menyayikan lagu " Bunda" dan dengan diiringi lagu Bunda aku mulai membacakan puisi.
Entah kenapa saat baris pertama, mic yang aku gunakan rusak aku memutuskan untuk melepas mic dan menggunakan suaraku sendiri.


Bunda..
hari ini aku mengenang dirimu..
wajahmu semakin menua, keriput memenuhi jemarimu.
Tapi, Bunda aku ini durhaka selalu tak mematuhi perintahmu.
Tapi, kau tak pernah membenciku

Bunda, kau rela bukan, terbanggun tengah malam untuk anak-mu ini..
Anak yang sekarang sering membantah nasehatmu.
Maaf , Bunda...
Jika aku sering kali mengatakan halyang menyakiti hatimu..
padahal kau selalu mencintaiku dengan tulus..

Maaf... maaf Bunda maaf..
jika seringkali kata-kataku  membuatmu bersedih.
Padahal kasih sayangmu selalu tulus...
maaf.. maaf Bunda 
jika sampai detik ini aku masih mengecewakanmu..

Bunda, terimaksih atas pengorbananmu..
terimakasih ats cinta dan kasih sayangmu..
sebelum kau tiada..
maka izinkan aku sampaikan rasa cinta yang tak pernah sebanding dengan cinta
tulusmu..

Aku mencintaimu Bunda

Moga bunda di sayang Allah...

 Tepukan tangan bergemuruh, Alhamdulilah Allah selalu memberi kemudahan.
Aku dan teman-teman kembali duduk membentuk lingkaran, aku melihat wajah Badar di bawah sinar Purnama, dia duduk persis tak jauh dari api unggun. Matannya lamat-lamat melihat api yang sedang berkobar. Duhai, indah sekali malam ini.
Intan menepuk pundakku kemudian berkata,
" Eh, Liana masa Badar tadi tepuk tangan tau pas kamu bilang Moga Bunda Disayang Allah " ucap Intan antusias.
Senyum memancar di bibirku " benarkah ? dia menyukai penampilanku "

Dan pada cahaya purnama
Aku sampaikan perasaan dalam diam
ya Ikhwan yang telah meracuni pikiranku dangan bayang-bayangmu
kisah di bawah bulan Purnama
tepukan tangan yang membuat jantungku seakan berdegup kencang
membuat perasaan terasa sangat aneh.
Duhai, perasaan bahagia apakah ini ?









 
 

Tidak ada komentar: